Minggu, 27 Juli 2008

FPI PUNYA BUKTI VIDEO MASSA AKKBB MENEMBAKAN SENJATA SEHINGGA TERJADI BENTROKAN DI MONAS

Adanya pendukung Ahmadiyah yang membekali dirinya dengan senjata api menunjukkan bahwa aksi di Monas kemarin bukanlah aksi damai. Melainkan aksi yang sengaja ditujukan untuk menimbulkan kerusuhan. Terlebih mereka mengeksploitasi wanita, anak-anak, dan orang cacat yang dijadikan tameng.


JAKARTA, Insiden yang menyebabkan puluhan korban luka-luka di Monas, Minggu (1/6) kemarin, disinyalir karena adanya provokasi dari pihak Ahmadiyah.

Tudingan itu dilontarkan oleh Komandan Laskar Islam, Munarman yang mengaku memiliki bukti berupa video. Dalam video rekaman itu memperlihatkan bahwa salah satu pendukung Ahmadiyah meletuskan senjata api.

"Kami memiliki bukti yang berhasil terekam dalam video. Saat insiden terjadi, ada pendukung Ahmadiyah yang membawa senjata api. Bahkan terlihat dan terdengar oleh Laskar Islam beberapa pendukung Ahmadiyah meletuskan senjata api," terang Munarman saat berada di Markas Besar FPI, Jalan Petamburan, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Senin (2/6/2008).

Lebih lanjut Munarman mengatakan, adanya pendukung Ahmadiyah yang membekali dirinya dengan senjata api menunjukkan bahwa aksi di Monas kemarin bukanlah aksi damai. Melainkan aksi yang sengaja ditujukan untuk menimbulkan kerusuhan.

"Terlebih mereka mengeksploitasi wanita, anak-anak, dan orang cacat yang dijadikan tameng." lanjutnya.

Oleh karenanya, berdasarkan bukti dan fakta yang dimiliki FPI, Munarman mengatakan, insiden yang terjadi di Monas akibat provokasi pihak Ahmadiyah.

"Merekalah (Ahmadiyah) yang semestinya dimintai pertanggungjawaban," tukas Munarman. (smt)

FILM "SANG MURABBI" PEJUANG DAKWAH YANG BERSAHAJA

Sebuah film yang bercerita tentang seorang guru bersahaja akan menjadi koleksi tontonan menarik umat Islam Indonesia. Film bertajuk "Sang Murabbi" ini menceritakan kisah seorang "pejuang dakwah" yang bersahaja.


Film yang disutradari oleh Zul Ardhia ini menampilkan bintang Irwan Rinaldi sebagai Ustadz Rahmat, Ummi Fida (diperankan oleh Astri Ivo) dan didukung beberapa bintang lain; Neno Warisman dan Afwan Izzis. Film yang menarik dan sarat dengan pesan moral untuk kader-kader dakwah.

Adegan Pun langsung disaksikan oleh Ummi Fida (Sumarni) istri almarhum Ust. Rahmat Abdullah, Ummi Fida (Sumarni) istri almarhum Ustadz Rahmat Abdullah serius menyaksikan pembuatan film Sang Murobbi, bahkan beliau tidak ragu memberi masukan kepada pemain dan sutrada ketika ada adegan atau dialog yang kurang sesuai dengan apa yang pernah dialami semasa beliau masih hidup

Syuting film ini dilakukan di beberapa kawasan. Diantaranya di Setu, Jakarta Timur. Menurut situs blog sangmurabbi, lokasi ini dipilih karena memiliki kemiripan dengan situasi Kuningan, Jakarta Selatan, di era 70-an akhir dan 80-an.

Pengambilan gambar juga dilakukan di lokasi di wilayah lain seperti Kampung Raden, Pondok Gede, dan Pondok Rangon.

Sebagaimana diketahui, film ini dicuplik dari perjalanan hidup almarhum Ustad Rahmat Abdullah. Almarhum dikenal sebagai seorang ustadz, "pejuang dakwah" dan guru aktivis PKS.

Ustadz Rahmat Abdullah, adalah putra Betawi yang lahir di Jakarta pada 3 Juli 1953. Almarhmum meninggal dunia tahun 2005 setelah terkena stroke ketika wudhu untuk mengerjakan sholat Magrib. (Iqro/Hidayatullah)

16 anak terjangkit HIV/AIDS

MEDAN - Sebanyak 16 anak berusia 0-9 tahun di Sumatera Utara (Sumut) dinyatakan telah terjangkit HIV/AIDS. Namun, jumlah tersebut diperkirakan jauh lebih kecil dari fakta yang sesungguhnya. "Anak-anak yang terjangkit HIV/AIDS tersebut berasal dari Medan, Deli Serdang, Karo dan Langkat," kata Kepala Dinas Kesehatan Sumut dr Candra Syafei SpOG kepada wartawan, Kamis (24/7), di Medan.

Menurut Candra, kasus ke 16 anak yang terjangkit HIV/AIDS tersebut berdasarkan laporan dari rumah sakit rujukan, dalam hal ini RSUP H Adam Malik periode 2005 - tahun 2008.

"Anak-anak yang terjangkit HIV/AIDS tersebut terdiri dari usia 0-1 tahun 3 HIV dan 1 AIDS, usia 1-4 tahun 5 HIV dan 2 AIDS serta usia 5-9 tahun 5 HIV," katanya.

Jumlah yang dilaporkan tersebut hanya sebagian kecil dari estimasi kasus HIV/AIDS di Sumatera Utara. "Saat ini, diperkirakan ada sekitar 11.000 pengidap HIV/AIDS di Sumut termasuk kelompok anak-anak. Namun yang terdata hanya sekitar 1.238 orang," ujar Candra.

30% ketularan dari ibu hamil
Ibu hamil yang mengidap HIV positif bisa menularkan virusnya 15-30 persen kepada anak lewat persalinan normal. Untuk mengurangi tingkat penularan itu, Dinkes Sumut memiliki program Prevention Mother to Child Transmission (PMTCT).

Menurut Andi, Manager Program Global Fund di Medan, ada empat sasaran dari program ini, yakni mencegah penularan HIV kepada perempuan usia reproduksi, mencegah kehamilan yang tidak direncanakan pada ibu HIV positif, mencegah penularan HIV dari ibu hamil ke bayi yang dikandungnya serta memberikan dukungan psikologis, sosial dan perawatan lanjutan bagi ibu dan bayi serta keluarganya. Lebih lanjut dijelaskan, bagi seorang ibu hamil yang diketahui mengidap HIV positif akan terus dipantau perkembangannya melalui program PMTCT.

Di saat usia kehamilan lebih tujuh bulan, ibu diberikan profilaksis (pencegahan) anti retroviral (ARV). Tujuannya, untuk menekan virus yang ada di tubuh ibu. Sehingga, saat persalinan virus tersebut berkurang.

Selain itu, proses persalinannya tidak dilakukan secara normal melainkan dengan operasi caesar. "Sehingga, bayi semakin kecil persentase kemungkinan tertular virus dari ibunya," kata Andi.

Setelah lahir lanjutnya, masih dalam program PMTCT, maka bayi diberikan bantuan pengganti air susu ibu (PASI). Karena, walaupun tidak virus tidak menular melalui ASI, tapi dikhawatirkan saat bayi tumbuh gigi akan melukai puting susu ibunya.Sehingga, proses penularan lewat cairan darah dari ibu bisa terjadi.

Sedangkan untuk menunjang kesehatan ibu bayi, diberikan bantuan perbaikan gizi serta susu dan suplemen. "Disini, kita harapkan bantuan sumber dana dari pihak yang peduli untuk membantu khususnya bagi orang dalam HIV-AIDS (Odha)," ujarnya.

Setelah itu, proses tumbuh kembang bayi pun dipantau pertumbuhannya hingga usia minimal 18 bulan untuk pemeriksaan darah. "Saat itu akan ketahuan apakah bayi tersebut HIV positif atau tidak. Kalau positif, akan kita masukkan dalam program pendampingan," ungkapnya.

Dalam program pendampingan, para pasien HIV-AIDS positif akan dibantu berbagai layanan hukum, sosial dan psikologisnya. "Kita hanya berusaha membantu bukan menyelesaikan masalah mereka," jelas Andi.

Sejauh ini tambahnya, program PMTCT belum ada data pasti bayi yang tertular HIV positif dari ibunya. Karena, 12 orang bayi yang sudah lahir maupun masih dalam kandungan ibunya yang HIV positif masih belum diketahui tertular atau tidak.

"Karena, program PMTCT ini sendiri baru aktif akhir 2007. Jadi, belum ada bayi yang masuk dalam program ini," ungkapnya.

Begitupun, dari 12 ibu hamil yang mengidap HIV positif yang ditemukan di Sumut itu, sebagian di antaranya tidak mengikuti program PMTCT. "Mereka diketahui positif HIV, setelah ada persoalan saat kehamilannya. Ketika diperiksa ternyata positif HIV. Tapi, sebagian besar lagi sudah diketahui lewat program VCT yang sudah ada," ucap Andi.

Ditanya tentang prevalansi bayi tertular HIV di Sumut, Andi sendiri mengaku masih belum memiliki data resmi. Namun, lewat survei secara nasional paling tidak ada 5000 kelahiran pada 2010 nanti sudah tertular HIV.
waspada

BEM FKM UNDIP