Minggu, 27 Juli 2008

FPI PUNYA BUKTI VIDEO MASSA AKKBB MENEMBAKAN SENJATA SEHINGGA TERJADI BENTROKAN DI MONAS

Adanya pendukung Ahmadiyah yang membekali dirinya dengan senjata api menunjukkan bahwa aksi di Monas kemarin bukanlah aksi damai. Melainkan aksi yang sengaja ditujukan untuk menimbulkan kerusuhan. Terlebih mereka mengeksploitasi wanita, anak-anak, dan orang cacat yang dijadikan tameng.


JAKARTA, Insiden yang menyebabkan puluhan korban luka-luka di Monas, Minggu (1/6) kemarin, disinyalir karena adanya provokasi dari pihak Ahmadiyah.

Tudingan itu dilontarkan oleh Komandan Laskar Islam, Munarman yang mengaku memiliki bukti berupa video. Dalam video rekaman itu memperlihatkan bahwa salah satu pendukung Ahmadiyah meletuskan senjata api.

"Kami memiliki bukti yang berhasil terekam dalam video. Saat insiden terjadi, ada pendukung Ahmadiyah yang membawa senjata api. Bahkan terlihat dan terdengar oleh Laskar Islam beberapa pendukung Ahmadiyah meletuskan senjata api," terang Munarman saat berada di Markas Besar FPI, Jalan Petamburan, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Senin (2/6/2008).

Lebih lanjut Munarman mengatakan, adanya pendukung Ahmadiyah yang membekali dirinya dengan senjata api menunjukkan bahwa aksi di Monas kemarin bukanlah aksi damai. Melainkan aksi yang sengaja ditujukan untuk menimbulkan kerusuhan.

"Terlebih mereka mengeksploitasi wanita, anak-anak, dan orang cacat yang dijadikan tameng." lanjutnya.

Oleh karenanya, berdasarkan bukti dan fakta yang dimiliki FPI, Munarman mengatakan, insiden yang terjadi di Monas akibat provokasi pihak Ahmadiyah.

"Merekalah (Ahmadiyah) yang semestinya dimintai pertanggungjawaban," tukas Munarman. (smt)

FILM "SANG MURABBI" PEJUANG DAKWAH YANG BERSAHAJA

Sebuah film yang bercerita tentang seorang guru bersahaja akan menjadi koleksi tontonan menarik umat Islam Indonesia. Film bertajuk "Sang Murabbi" ini menceritakan kisah seorang "pejuang dakwah" yang bersahaja.


Film yang disutradari oleh Zul Ardhia ini menampilkan bintang Irwan Rinaldi sebagai Ustadz Rahmat, Ummi Fida (diperankan oleh Astri Ivo) dan didukung beberapa bintang lain; Neno Warisman dan Afwan Izzis. Film yang menarik dan sarat dengan pesan moral untuk kader-kader dakwah.

Adegan Pun langsung disaksikan oleh Ummi Fida (Sumarni) istri almarhum Ust. Rahmat Abdullah, Ummi Fida (Sumarni) istri almarhum Ustadz Rahmat Abdullah serius menyaksikan pembuatan film Sang Murobbi, bahkan beliau tidak ragu memberi masukan kepada pemain dan sutrada ketika ada adegan atau dialog yang kurang sesuai dengan apa yang pernah dialami semasa beliau masih hidup

Syuting film ini dilakukan di beberapa kawasan. Diantaranya di Setu, Jakarta Timur. Menurut situs blog sangmurabbi, lokasi ini dipilih karena memiliki kemiripan dengan situasi Kuningan, Jakarta Selatan, di era 70-an akhir dan 80-an.

Pengambilan gambar juga dilakukan di lokasi di wilayah lain seperti Kampung Raden, Pondok Gede, dan Pondok Rangon.

Sebagaimana diketahui, film ini dicuplik dari perjalanan hidup almarhum Ustad Rahmat Abdullah. Almarhum dikenal sebagai seorang ustadz, "pejuang dakwah" dan guru aktivis PKS.

Ustadz Rahmat Abdullah, adalah putra Betawi yang lahir di Jakarta pada 3 Juli 1953. Almarhmum meninggal dunia tahun 2005 setelah terkena stroke ketika wudhu untuk mengerjakan sholat Magrib. (Iqro/Hidayatullah)

16 anak terjangkit HIV/AIDS

MEDAN - Sebanyak 16 anak berusia 0-9 tahun di Sumatera Utara (Sumut) dinyatakan telah terjangkit HIV/AIDS. Namun, jumlah tersebut diperkirakan jauh lebih kecil dari fakta yang sesungguhnya. "Anak-anak yang terjangkit HIV/AIDS tersebut berasal dari Medan, Deli Serdang, Karo dan Langkat," kata Kepala Dinas Kesehatan Sumut dr Candra Syafei SpOG kepada wartawan, Kamis (24/7), di Medan.

Menurut Candra, kasus ke 16 anak yang terjangkit HIV/AIDS tersebut berdasarkan laporan dari rumah sakit rujukan, dalam hal ini RSUP H Adam Malik periode 2005 - tahun 2008.

"Anak-anak yang terjangkit HIV/AIDS tersebut terdiri dari usia 0-1 tahun 3 HIV dan 1 AIDS, usia 1-4 tahun 5 HIV dan 2 AIDS serta usia 5-9 tahun 5 HIV," katanya.

Jumlah yang dilaporkan tersebut hanya sebagian kecil dari estimasi kasus HIV/AIDS di Sumatera Utara. "Saat ini, diperkirakan ada sekitar 11.000 pengidap HIV/AIDS di Sumut termasuk kelompok anak-anak. Namun yang terdata hanya sekitar 1.238 orang," ujar Candra.

30% ketularan dari ibu hamil
Ibu hamil yang mengidap HIV positif bisa menularkan virusnya 15-30 persen kepada anak lewat persalinan normal. Untuk mengurangi tingkat penularan itu, Dinkes Sumut memiliki program Prevention Mother to Child Transmission (PMTCT).

Menurut Andi, Manager Program Global Fund di Medan, ada empat sasaran dari program ini, yakni mencegah penularan HIV kepada perempuan usia reproduksi, mencegah kehamilan yang tidak direncanakan pada ibu HIV positif, mencegah penularan HIV dari ibu hamil ke bayi yang dikandungnya serta memberikan dukungan psikologis, sosial dan perawatan lanjutan bagi ibu dan bayi serta keluarganya. Lebih lanjut dijelaskan, bagi seorang ibu hamil yang diketahui mengidap HIV positif akan terus dipantau perkembangannya melalui program PMTCT.

Di saat usia kehamilan lebih tujuh bulan, ibu diberikan profilaksis (pencegahan) anti retroviral (ARV). Tujuannya, untuk menekan virus yang ada di tubuh ibu. Sehingga, saat persalinan virus tersebut berkurang.

Selain itu, proses persalinannya tidak dilakukan secara normal melainkan dengan operasi caesar. "Sehingga, bayi semakin kecil persentase kemungkinan tertular virus dari ibunya," kata Andi.

Setelah lahir lanjutnya, masih dalam program PMTCT, maka bayi diberikan bantuan pengganti air susu ibu (PASI). Karena, walaupun tidak virus tidak menular melalui ASI, tapi dikhawatirkan saat bayi tumbuh gigi akan melukai puting susu ibunya.Sehingga, proses penularan lewat cairan darah dari ibu bisa terjadi.

Sedangkan untuk menunjang kesehatan ibu bayi, diberikan bantuan perbaikan gizi serta susu dan suplemen. "Disini, kita harapkan bantuan sumber dana dari pihak yang peduli untuk membantu khususnya bagi orang dalam HIV-AIDS (Odha)," ujarnya.

Setelah itu, proses tumbuh kembang bayi pun dipantau pertumbuhannya hingga usia minimal 18 bulan untuk pemeriksaan darah. "Saat itu akan ketahuan apakah bayi tersebut HIV positif atau tidak. Kalau positif, akan kita masukkan dalam program pendampingan," ungkapnya.

Dalam program pendampingan, para pasien HIV-AIDS positif akan dibantu berbagai layanan hukum, sosial dan psikologisnya. "Kita hanya berusaha membantu bukan menyelesaikan masalah mereka," jelas Andi.

Sejauh ini tambahnya, program PMTCT belum ada data pasti bayi yang tertular HIV positif dari ibunya. Karena, 12 orang bayi yang sudah lahir maupun masih dalam kandungan ibunya yang HIV positif masih belum diketahui tertular atau tidak.

"Karena, program PMTCT ini sendiri baru aktif akhir 2007. Jadi, belum ada bayi yang masuk dalam program ini," ungkapnya.

Begitupun, dari 12 ibu hamil yang mengidap HIV positif yang ditemukan di Sumut itu, sebagian di antaranya tidak mengikuti program PMTCT. "Mereka diketahui positif HIV, setelah ada persoalan saat kehamilannya. Ketika diperiksa ternyata positif HIV. Tapi, sebagian besar lagi sudah diketahui lewat program VCT yang sudah ada," ucap Andi.

Ditanya tentang prevalansi bayi tertular HIV di Sumut, Andi sendiri mengaku masih belum memiliki data resmi. Namun, lewat survei secara nasional paling tidak ada 5000 kelahiran pada 2010 nanti sudah tertular HIV.
waspada

Kamis, 24 Juli 2008

Saat Aksi...

Tundukkan Pandangan Agar Hati Menjadi Tenang

"Maka barangsiapa yang durhaka dan mengutamakan kehidupan dunia, sesungguhnya nerakalah tempat tinggalnya. Adapun orang yang takut akan kebesaran Alloh dan menahan dirinya dari gejolak nafsunya, sesungguhnya syurgalah tempat tinggalnya". (QS. An-Naazi'at(79): 37-41)

Alhamdulillah Ya Alloh, sungguh kebesaran dan kesempurnaan kasih sayang-Mu benar-benar begitu mengesankan. Meskipun Engkau kami khianati setiap saat, walaupun telah Engkau saksikan dengan jelas kemaksiatan demi kemaksiatan yang kami lakukan setiap saat, tapi toh masih Kau limpahkan segala curahan nikmat yang tiada terputus setiap saat.

Padahal Engkau Mahatahu betapa mata ini jarang sekali membaca Al-Qur'an, akan tetapi tetap saja Engkau biarkan mata ini. Padahal mudah saja bagi-Mu untuk mencungkil kedua mata ini, Engkau butakan saja mata yang selalu bermaksiat ini. Toh Engkau yang telah menciptakannya. Engkaupun tahu telinga ini begitu banyak mendengarkan segala hal yang sia-sia, bahkan maksiat. Segala gosip, berbagai musik bahkan segala yang maksiat selalu masuk ke telinga ini. Jarang suara merdu Al-Quran kami dengar, juga petuah para Ulama' hampir tak pernah kami dengarkan. Tapi mengapa Engkau tidak buat saja telinga ini menjadi tuli? Sebaliknya, tetap saja telinga ini Engkau biarkan sehat sehingga kami dapat mendengarkan merdunya suara ayah dan ibu juga teman-teman.

Banyak sekali 'virus' perusak hati yang harus diwaspadai. Salah satunya adalah tidak pendainya kita menjaga pendangan. Gara-gara pandangan, hati kita bisa menjadi kotor, busuk, dan keras membatu. Barangsiapa yang di dunia ini tidak pintar menjaga pendangan, gemar melihat hal-hal yang diharamkan Alloh, maka jangan terlalu berharap dapat memiliki hati yang bersih.

Umar bin Khatab ra pernah berkata: "Lebih baik aku berjalan dibelakang singa daripada berjalan dibelakang wanita". Orang-orang yang sengaja mengobral pandangannya terhadap hal-hal yang tidak haq bagi dirinya, tidak usah heran jika hatinya lambat laun akan semakin keras membatu dan nikmat imanpun akan semakin hilang manisnya.

Tidak hanya terhadap lawan jenis. Tetapi juga, orang yang matanya selalu melihat dunia ini, melihat suatu yang tidak ia miliki; rumah orang lain yang lebih mewah, mobil tetangga yang lebih bagus, atau uang juragan yang lebih banyak. Hatinya akan terus bergejolak memikirkan segala hal yang tidak dimilikinya daripada menikmati apa-apa yang dimilikinya.

Maka kunci bagi orang yang ingin memiliki hati yang bersih dan tenang adalah tundukkan pandangan! Mendapati lawan jenis yang bukan muhrim, cepat-cepatlah tundukkan pandangan karena berawalnya maksiat itu tiada lain dari pandangan.

Jika melihat dunia, jangan gemar melihat keatas. Akan capek kita jadinya karena selalu bergejolak melihat apa-apa yang dimiliki orang lain. Mati-matian kita menginginkan sesuatu tapi kalau itu bukan rezeki kita maka tidak akan kita dapatkan. Lebih baik lihatlah kebawah. Lihatlah orang yang lebih fakir dan lebih menderita daripada kita. Kunjungilah rumah sakit untuk melihat orang-orang yang sakit niscaya kita akan mensyukuri nikmat sehat ini. Ziarahilah kuburan agar tumbuh rasa syukur atas nikmat hidup ini. Semakin sering melikat kebawah, Subhanalloh, hati ini akan semakin penuh syukur.

Jika kita melihat ke atas, tancapkan pandangan kita ke 'Atas' sekaligus, kepada Dzat Penguasa alam semesta. Allohu Akhbar! Lihatlah kemahakuasaan-Nya. Allohlah Maha Kaya dan tidak akan pernah berkurang kekayaan-Nya walaupun selalu kita berbuat dosa dan mohon ampun setiap saat, niscaya ampunan Alloh akan selalu dicurahkan.

Orang yang selalu melihat ke atas dalam urusan dunia niscaya hatinya akan cepat kotor dan hancur. Sebaliknya, barangsiapa yang selalu tunduk dalam melihat dunia dan tengadah dalam melihat kebesaran Alloh, maka hatinya akan senantiasa bersih dan sehat.


Sumber: eramuslim

Bunda, Binar Matamu adalah Surga....

Kemarin, aku pulang ke Bandung. Aku sudah kangen sama ibu. Lagi pula aku ingin liburan, setelah 6 hari full kerja. Saat tiba di rumah, tak ada siapa-siapa, hanya kakaku yang membuka pintu rumah. Setelah menyimpan tas di kuris. Aku rebahan di sofa. Tak lama, aku tertidur lelap di kursi, dibuai nyenyak udara Bandung yang dingin.

Tidurku tiba-tiba terganggu. Sebuah tangan menepuk pundakku. “Subuh, ayo cepet subuh, bentar lagi matahari tiba,” teriak Bunda. Aku tahu Bunda paling sering membangunkanku untuk solat subuh. Ia sepertinya sungkan kalau harus membangunkanku tepat saat adzan subuh. Ia lebih memilih 15 menit menjelang matahari muncul untuk menyuruhku bangun. Ia tahu kalau aku sering tampak kelelahan.

“Hallo Bunda…assalamualaikum…” sapaku, di pagi itu. “wa’alaikum salam,” jawab Bunda. “Ayo cepet solat, tuh udah siang,” tambah Bunda. Aku berlari menuju kamar mandi. Beres solat, aku memilih tidur lagi di kamar. Saat aku mulai memejamkan mata, pintu kamarku terbuka pelan. Aku tahu pasti yang membuka pintu adalah Bunda. Aku tahu, tiap kali aku pulang, Bunda selalu saja membuka pintu kamarku hanya untuk memandangku. Ya, menatapku sejenak saja. Ia seperti memandangku lemas. Sesekali ia memandangku gelisah.

Entahlah, pagi itu aku merasakan ada tatapan Bunda aneh dari tatapan matanya yang lain. Tatap mata Bunda begitu menarik perhatianku. Tapi..akh mungkin Bunda hanya kangen padaku. Hingga, tatapan matanya begitu panjang. “Duh, Bunda, meski tubuhmu rapuh, engkau masih saja memperhatikanku dengan matamu yang dipenuhi rasa kasih. Meski aku sudah dewasa, engaku maih saja menyimpan rasa perhatianmu untukku. Perhatian teduh yang menyejukanku. “Nak sarapan dulu….” Lamunanku dikejutkan panggilan Bunda. “ Iya Buda…”

“Bunda sehat?” kataku.”Sehat Nak,” jawab Bunda. Aku pun terus makan. Dan dihadapanku masih ada Bunda yang terus menatapku. Dan aku bisa merasakannya. “Ada apa Bu, kok ibu ngelamun?” “Ah…nggak, ngga ada apa-apa kok…,” jawab ibu.

“Bu, ini ada uang sedikit, buat ibu. Buat apa aja yang ibu mau. Kalu kurang ibu bilang aja sama Badar.” Setengah terkejut ibu memandangku, ”Apa ibu nggak salah Nak. Udah simpan saja uang itu untukmu,” kata Bunda. “Buat bunda aja. Aku ingin Bunda merasakan gaji pertamaku. Ya, gaji hasil kerja pertamaku..” Bunda tersenyum. Ia menatapku tajam. Tak lama, ada nanar air mata di kelopak mata ibu. Bunda kelihatannya terharu.

“Nak…simpan saja uang ini. Buat beli-beli buku atau apa kek,” kata Bunda. Bunda tahu kalau aku senang membaca, karena itu ia berkata seperti itu. “Nggak Bu, buat Ibu aja…” Ibu kemudian pergi ke kamar. Ia menutup rapat pintu kamarnya. Dalam lirih suara angin, aku mendengar sengguk tangis bunda. Aku tak mengerti.

Tepat puku 4 sore, aku pamit sama Bunda. Senin pagi, aku harus berada lagi di Jakarta. Cium tangan dan peluk aku berikan buat Bunda. Saat pergi meninggalkan rumah, Bunda masih saja menatapku. Tatapannya hening dan sunyi. Aku melambaikan tangan; sun jauh buat Bunda. Dan aku melihat Bunda masih saja menatapku nanar, aku merasakannya.

Entahlah, aku tak tau ada apa dengan Bunda. Aku hanya menduga Bunda mungkin kangen sama aku. Disebut sakit, tidak juga. Tubuhnya masih terlihat kuat dan sehat. Entahlah…

Tiba-tiba HP-ku berbunyi. Sebuah SMS datang menyapaku: “Bunda sering nangis kalau udah lihat berita di TV. Apalagi kalau udah liat berita kriminal dan kehidupan di Jakarta. Bunda cemas banget sama Ade. Di suka ngomong; Gimana ya Ade kabarnnya..mudah2an selamet.”

Aku baru sadar bahwa isyarat mata Bunda adalah kecemasan. Kekhawatiran seorang Bunda pada anaknya yang mulai menempa diri. Mandiri di kota yang jauh. Entahlan, air mataku tiba-tiba jatuh. Aku merasakan sesak mulai menghimpit dada. Matahari sore masih memagut sepi. Bibirku bergetar mengenang tatap mata bunda. Binar matamu adalah syurga. Nanar cemasmu adalah kasih. Terima kasih Bunda.

Kupersembahkan Buat semua para Bunda. Nanar matamu adalah syurga….

Graha Pena-jakarta
gerimispagiku@yahoo.com



Sumber; eramuslim

Bunda, Binar Matamu adalah Surga....

Kemarin, aku pulang ke Bandung. Aku sudah kangen sama ibu. Lagi pula aku ingin liburan, setelah 6 hari full kerja. Saat tiba di rumah, tak ada siapa-siapa, hanya kakaku yang membuka pintu rumah. Setelah menyimpan tas di kuris. Aku rebahan di sofa. Tak lama, aku tertidur lelap di kursi, dibuai nyenyak udara Bandung yang dingin.

Tidurku tiba-tiba terganggu. Sebuah tangan menepuk pundakku. “Subuh, ayo cepet subuh, bentar lagi matahari tiba,” teriak Bunda. Aku tahu Bunda paling sering membangunkanku untuk solat subuh. Ia sepertinya sungkan kalau harus membangunkanku tepat saat adzan subuh. Ia lebih memilih 15 menit menjelang matahari muncul untuk menyuruhku bangun. Ia tahu kalau aku sering tampak kelelahan.

“Hallo Bunda…assalamualaikum…” sapaku, di pagi itu. “wa’alaikum salam,” jawab Bunda. “Ayo cepet solat, tuh udah siang,” tambah Bunda. Aku berlari menuju kamar mandi. Beres solat, aku memilih tidur lagi di kamar. Saat aku mulai memejamkan mata, pintu kamarku terbuka pelan. Aku tahu pasti yang membuka pintu adalah Bunda. Aku tahu, tiap kali aku pulang, Bunda selalu saja membuka pintu kamarku hanya untuk memandangku. Ya, menatapku sejenak saja. Ia seperti memandangku lemas. Sesekali ia memandangku gelisah.

Entahlah, pagi itu aku merasakan ada tatapan Bunda aneh dari tatapan matanya yang lain. Tatap mata Bunda begitu menarik perhatianku. Tapi..akh mungkin Bunda hanya kangen padaku. Hingga, tatapan matanya begitu panjang. “Duh, Bunda, meski tubuhmu rapuh, engkau masih saja memperhatikanku dengan matamu yang dipenuhi rasa kasih. Meski aku sudah dewasa, engaku maih saja menyimpan rasa perhatianmu untukku. Perhatian teduh yang menyejukanku. “Nak sarapan dulu….” Lamunanku dikejutkan panggilan Bunda. “ Iya Buda…”

“Bunda sehat?” kataku.”Sehat Nak,” jawab Bunda. Aku pun terus makan. Dan dihadapanku masih ada Bunda yang terus menatapku. Dan aku bisa merasakannya. “Ada apa Bu, kok ibu ngelamun?” “Ah…nggak, ngga ada apa-apa kok…,” jawab ibu.

“Bu, ini ada uang sedikit, buat ibu. Buat apa aja yang ibu mau. Kalu kurang ibu bilang aja sama Badar.” Setengah terkejut ibu memandangku, ”Apa ibu nggak salah Nak. Udah simpan saja uang itu untukmu,” kata Bunda. “Buat bunda aja. Aku ingin Bunda merasakan gaji pertamaku. Ya, gaji hasil kerja pertamaku..” Bunda tersenyum. Ia menatapku tajam. Tak lama, ada nanar air mata di kelopak mata ibu. Bunda kelihatannya terharu.

“Nak…simpan saja uang ini. Buat beli-beli buku atau apa kek,” kata Bunda. Bunda tahu kalau aku senang membaca, karena itu ia berkata seperti itu. “Nggak Bu, buat Ibu aja…” Ibu kemudian pergi ke kamar. Ia menutup rapat pintu kamarnya. Dalam lirih suara angin, aku mendengar sengguk tangis bunda. Aku tak mengerti.

Tepat puku 4 sore, aku pamit sama Bunda. Senin pagi, aku harus berada lagi di Jakarta. Cium tangan dan peluk aku berikan buat Bunda. Saat pergi meninggalkan rumah, Bunda masih saja menatapku. Tatapannya hening dan sunyi. Aku melambaikan tangan; sun jauh buat Bunda. Dan aku melihat Bunda masih saja menatapku nanar, aku merasakannya.

Entahlah, aku tak tau ada apa dengan Bunda. Aku hanya menduga Bunda mungkin kangen sama aku. Disebut sakit, tidak juga. Tubuhnya masih terlihat kuat dan sehat. Entahlah…

Tiba-tiba HP-ku berbunyi. Sebuah SMS datang menyapaku: “Bunda sering nangis kalau udah lihat berita di TV. Apalagi kalau udah liat berita kriminal dan kehidupan di Jakarta. Bunda cemas banget sama Ade. Di suka ngomong; Gimana ya Ade kabarnnya..mudah2an selamet.”

Aku baru sadar bahwa isyarat mata Bunda adalah kecemasan. Kekhawatiran seorang Bunda pada anaknya yang mulai menempa diri. Mandiri di kota yang jauh. Entahlan, air mataku tiba-tiba jatuh. Aku merasakan sesak mulai menghimpit dada. Matahari sore masih memagut sepi. Bibirku bergetar mengenang tatap mata bunda. Binar matamu adalah syurga. Nanar cemasmu adalah kasih. Terima kasih Bunda.

Kupersembahkan Buat semua para Bunda. Nanar matamu adalah syurga….

Graha Pena-jakarta
gerimispagiku@yahoo.com



Sumber; eramuslim

Bagaimana Memotivasi Orang Lain

Prinsip Dasar Memotivasi Orang Lain

Tentang bagaimana kita memotivasi diri sendiri, ini sudah sering kita bahas di sini. Ada pertanyaan kayak begini, berbedakah antara kita memotivasi diri sendiri dan memotivasi orang lain? Dalam beberapa hal, ada kesamaan. Sebagai manusia (human kind), semua manusia itu sama. Tapi sebagai person (individu), setiap orang itu punya perbedaan. Perbedaan di sini mencakup perbedaan yang dipengaruhi faktor internal dan faktor eksternal. Karena itu, dalam hal memotivasi pun berlaku prinsip kesamaan dan perbedaan itu.

Menurut pandangan teori kompetensi, kalau kita baru bisa memotivasi diri sendiri, itu memang sudah bagus. Tapi akan lebih bagus lagi kalau kita bisa memotivasi diri sendiri dan bisa pula memotivasi orang lain. Konon, menurut naluri manusia, setiap orang itu sebetulnya ada panggilan jiwa untuk memotivasi orang lain. Bentuknya antara lain: kita tidak suka melihat hidup orang lain tidak bergairah, malas-malasan, ogah-ogahan, dan semisalnya. Bentuknya lagi, kita merasa happy ketika sedang diminta masukan tentang kehidupan orang lain atau juga kita merasa lebih suka melihat orang lain yang aura hidupnya memancarkan keoptimisan, keteguhan, dan kedinamisan.
Meskipun sebenarnya orang lain itu butuh motivasi dari orang lain juga dan kita pun merasa happy melakukannya, tapi kejadian dalam prakteknya tidak seindah yang kita gambarkan di sini. Kejadian yang kita dapati di lapangan bisa bermacam-macam. Misalnya ada yang mengatakan, saya sudah capek ngasih masukan ke si dia. Sudah berbusa rasanya mulut ini, tapi tetap saja begitu. Yang lain mengatakan, dia berubah setelah dikasih masukan, dan setelah itu kembali lagi ke adatnya yang lama. Yang lain lagi punya pengalaman lebih buruk. Si dia lebih memilih defensif, ngeyel dan lebih cenderung menolak masukan dari orang lain.

Teorinya, setiap orang itu pasti bisa dimotivasi. Karena itu, teori motivasinya mengenal istilah sumber motivasi yang ekstrinsik dan intrinsik. Sumber motivasi ekstrinsik itu mencakup: perubahan keadaan, lingkungan, atau orang lain. Sedangkan yang intrinsik itu adalah dirinya sendiri, misalnya keinginan untuk mendapatkan atau menghindari sesuatu. Semua orang pada dasarnya punya sumber motivasi intrinsik ini. Dalam teori umum tentang manusia dikatakan, setiap manusia itu punya empat kapasitas, yaitu: a) kapasitas fisik / material, b) kapasitas daya mempertahankan / memperbaiki hidup, c) kapasitas intelektual, dan d) kapasitas kalbu / hati / emosi.

Dalam prakteknya, hubungan antara sumber ekstrinsik dan intrinsik itu pada umumnya saling terkait. Artinya, seseorang akan mudah termotivasi oleh sentuhan-sentuhan yang di luar dirinya apabila orang itu mengaktifkan sumber intrinsiknya. Sebaliknya, seseorang akan semakin tidak mudah tersentuh oleh motivasi ekstrinsik sejauh motivasi intrinsiknya belum aktif. Bahkan, pada batas yang paling ekstrim (yang sifatnya sangat eksepsional dan individual) sering ditemukan bahwa orang tidak akan termotivasi oleh berbagai bentuk sentuhan eksternalnya ketika orang itu menon-aktifkan sumber internalnya.

Karena itu, baik dalam kisah kenabian atau kisah manajemen, tetap dikenal istilah "keterbatasan toleransi". Ada seorang nabi yang dicontohkan oleh Tuhan "tidak sanggup" mengubah pendirian anaknya sampai pada batas yang benar-benar final. Ada juga yang dicontohkan tidak bisa mengubah keluarga atau orangtuanya. Manajemen pun begitu. Ada orang yang sampai harus diberhentikan karena sudah benar-benar tidak bisa diperbaiki dengan fasilitas dan instrumen yang ada. Sudah dikasih masukan, sudah dikasih teguran, sudah dikasih segala-galanya, tapi hasilnya nol.

Belajar dari fakta-fakta itu berarti ada sekelompok orang yang memang bisa menerima motivasi dari luar (ekstrinsik) secara langsung dan langsung diinternalisasikan ke dalam dirinya (intrinsik), ada yang menolaknya lebih dulu lalu menerima, ada yang lamban menerima, ada yang menerima pakai kuping kanan dan langsung dikeluarkan pakai kuping kiri, ada yang benar-benar menolak sampai Tuhan sendiri yang harus menyadarkan dengan mendatangkan realitas baru. Dan masih banyak lagi tipe manusia itu.

Dari persoalan yang pelik tentang manusia itu kemudian lahirlah pengakuan dalam teori motivasi. Pengakuan itu adalah, setiap orang itu memang punya dua sumber motivasi, yaitu: dari luar dan dari dalam. Tapi, sumber yang hakiki adalah sumber dari dalam (intrinsik). Sumber dari luar bersifat mendukung, sementara sumber dari dalam bersifat menentukan. Karena itu, jika kita memotivasi orang, yang perlu kita motivasi bukan tindakannya semata (only to motivate action), melainkan memotivasi orangnya untuk mengaktifkan sumber motivasi intrinsiknya (the people). Inilah yang disebut prinsip dasar itu.


Mengukur Motivasi Seseorang

Konsep manajemen yang kita pakai sekarang ini mengenal dua ukuran motivasi. Pertama adalah ukuran kuantitatif yang didasarkan pada hasil kerja. Jika si A berhasil menjual barang ke lima puluh orang dalam sebulannya, sementara si B hanya mampu sepuluh, maka secara kuantitatif, si A lebih tinggi motivasinya. Ini fakta yang berbicara. Kedua adalah ukuran kualitatif. Jika si A bekerjanya selalu menunggu perintah atau hanya sesuai dengan job desc, sementara si B bekerjanya melampui job description itu (beyond job description), berarti si B (secara kualitatif) punya motivasi jauh lebih bagus.

Kalau menelaah teori motivasi yang digagas ilmu pengetahuan dan agama, indikator tinggi-rendahnya motivasi seseorang itu terletak pada kemana ia membangun dependensi (kebergantungan). Semakin kuat seseorang menggantungkan sumber motivasinya pada faktor eksternal berarti semakin rendah. Sebaliknya, semakin kuat seseorang menggantung sumber motivasinya pada faktor internal berarti semakin kuat.



Ini bisa kita lihat misalnya saja pada teori kompetensi dalam manajemen. Orang yang motivasinya rendah adalah orang yang baru melakukan sesuatu hanya berdasarkan apa yang diperintahkan dan apa yang dilarang oleh job-desk atau atasannya. Maksudnya di sini miskin inisiatif untuk menyempurnkan, menginovasi atau memperbaiki performansi. Agak dibilang tidak lebih rendah adalah orang yang sudah punya dorongan untuk menginovasi atau mengimprovisasi tugas-tugasnya namun dengan cara yang kurang efektif atau kurang efisien atau bertentangan dengan nilai-nilai organisasi (ngawur). Yang paling tinggi adalah orang yang punya dorongan atas dasar inisiatif, efektif, efisien dan sinkron dalam memilih cara, serta menghasilkan kinerja yang lebih bagus.

Dalam Psikologi pun begitu. Kita bisa lihat ini ke teorinya Abraham Maslow itu. Semakin kuat seseorang menggantungkan sumber motivasinya pada kebutuhan fisiologis (perut, kalkulasi ekonomi jangka pendek, dst) berarti semakin rendah. Sebaliknya, semakin kuat seseorang menggantungkan sumber motivasinya pada kebutuhan psikologis (mengembangkan potensi, aktualisasi diri, dst) berarti semakin tinggi.

Wah, mana ada orang yang tidak menggantungkan sumber motivasinya pada kebutuhan fisiologis? Kan dia butuh makan, butuh kendaraan, butuh membeli susu anak-anaknya, butuh ini dan butuh itu? Memang dia malaikat? Maksudnya tentu bukan seperti itu. Ini adalah soal bagaiman seseorang memilih konsentrasi pikiran. Orang yang berkonsentrasi pada kebutuhan psikologis pun butuh motivasi fisiologis, namun tidak mengandalkannya sebagai faktor tunggal atau yang paling utama dan satu-satunya. Dengan begitu perspektifnya tentang motivasi jauh lebih luas dan sehingga langkahnya tidak mudah dipatahkan oleh kendala yang terkait dengan kebutuhan fisiologis. Karena itu, dalam prakteknya, semakin kuat seseorang menggantungkan sumber motivasinya pada kebutuhan psikologis (aktualisasi-diri) semakian secara otomatik kebutuhan fisiologisnya terpenuhi sendiri.

Agama pun punya ukuran yang sama. Semakin kuat seseorang mengandalkan dirinya sebagai bekal untuk menuju Tuhan (beriman) semakin tinggilah motivasinya. Inilah yang sering disebut keikhlasan dalam beribadah (pengabdian). Sebaliknya, semakin kuat seseorang mengandalkan Tuhan dan nasib, sampai-sampai "kapasitas dirinya" hilang, justru semakin rendah. Menurut petunjuk agama, orang yang motivasinya bagus adalah orang yang mengandalkan potensi dan kapasitas dirinya untuk berkreasi dan tetap mematuhi rambu-rambu Tuhan.

Contoh lainnya bisa kita lihat dalam konsep pengembangan karir. Semakin kuat seseorang mengandalkan keamanan karirnya pada pekerjaan, perusahaan, atau seseorang maka semakin rendahlah motivasinya dan keamanannya. Ini yang disebut job-based security. Sebaliknya, semakin kuat seseorang menggantungkan keamanan karirnya pada usahanya dalam mengembangkan karirnya itu maka semakin tinggilah motivasinya dan keamanannya. Inilah yang disebut people-based security.



Contoh lainnya lagi bisa kita lihat ke konsep perbaikan harga-diri (self-esteem) dalam Psikologi. Semakin kuat seseorang menggantungkan harga dirinya pada penilaian dan perlakuan eksternal, justru semakin rendah harganya. Lebih-lebih lagi kalau sampai menggantungkan harga diri itu pada obat-obatan atau narkoba. Ini malah bisa hilang total. Orang yang harga dirinya dijamin akan bagus adalah orang yang punya penilaian positif, punya perasaan positif, punya agenda positif dan menjalankannya untuk mempositifkan hidupnya.

Nah, jadi untuk mengukur tinggi rendahnya motivasi seseorang dalam melakukan kebaikan, baik itu di tempat kerja atau lainnya, kita bisa memakai ukuran abstraktif di atas.

Rabu, 23 Juli 2008

Kisah Pembuat Jam

BERANI MENCOBA

Alkisah, seorang pembuat jam tangan berkata kepada jam yang sedang dibuatnya. “Hai jam, apakah kamu sanggup untuk berdetak paling tidak 31,104,000 kali selama setahun?” “Ha?,” kata jam terperanjat, “Mana sanggup saya?”

“Bagaimana kalau 86,400 kali dalam sehari?”

“Delapan puluh ribu empat ratus kali? Dengan jarum yang ramping-ramping seperti ini?” jawab jam penuh keraguan.

“Bagaimana kalau 3,600 kali dalam satu jam?”

“Dalam satu jam harus berdetak 3,600 kali? Banyak sekali itu” tetap saja jam ragu-ragu dengan kemampuan dirinya

Tukang jam itu dengan penuh kesabaran kemudian bicara kepada si jam, “Kalau begitu, sanggupkah kamu berdetak satu kali setiap detik?”

“Naaaa, kalau begitu, aku sanggup!” kata jam dengan penuh antusias.

Maka, setelah selesai dibuat, jam itu berdetak satu kali setiap detik.

Tanpa terasa, detik demi detik terus berlalu dan jam itu sungguh luar biasa karena ternyata selama satu tahun penuh dia telah berdetak tanpa henti.

Dan itu berarti ia telah berdetak sebanyak 31,104,000 kali

Renungan :

Ada kalanya kita ragu-ragu dengan segala tugas pekerjaan yang begitu terasa berat. Namun sebenarnya kalau kita sudah menjalankannya, kita teryata mampu. Bahkan yang semula kita anggap impossible untuk dilakukan sekalipun. Jangan berkata “tidak” sebelum Anda pernah mencobanya

Kata Bijak :

Ada yang mengukur hidup mereka dari hari dan tahun, yang lain dengan denyut jantung, gairah, dan air mata. Tetapi ukuran sejati di bawah mentari adalah apa yang telah engkau lakukan dalam hidup ini untuk orang lain.

Tatapan Penuh Cinta...

Pernahkah anda menatap orang-orang terdekat anda saat ia sedang tidur?

Kalau belum, cobalah sekali saja menatap mereka saat sedang tidur.
Saat itu yang tampak adalah ekspresi paling wajar dan paling jujur dari seseorang.

Seorang artis yang ketika di panggung begitu cantik dan gemerlap pun
bisa jadi akan tampak polos dan jauh berbeda jika ia sedang tidur.
Orang paling kejam di dunia pun jika ia sudah tidur tak akan tampak wajah bengisnya.

Perhatikanlah ayah anda saat beliau sedang tidur. Sadarilah, betapa badan yang dulu kekar dan gagah itu kini semakin tua dan ringkih, betapa rambut-rambut putih mulai menghiasi kepalanya, betapa kerut merut mulai terpahat di wajahnya. Orang inilah yang tiap hari bekerja keras untuk kesejahteraan kita, anak-anaknya. Orang inilah, rela melakukan apa saja asal perut kita kenyang dan pendidikan kita lancar.

Sekarang, beralihlah. Lihatlah ibu anda. Hmm...kulitnya mulai keriput dan tangan yang dulu halus membelai- belai tubuh bayi kita itu kini kasar karena tempaan hidup yang keras. Orang inilah yang tiap hari mengurus kebutuhan kita.
Orang inilah yang paling rajin mengingatkan dan mengomeli kita semata- mata karena rasa kasih dan sayang, dan sayangnya, itu sering kita salah artikan.

Cobalah menatap wajah orang-orang tercinta itu... Ayah, Ibu, Suami,
Istri, Kakak, Adik, Anak, Sahabat, Semuanya...

Rasakanlah sensasi yang timbul sesudahnya.
Rasakanlah energi cinta yang mengalir pelan-pelan saat menatap wajah
lugu yang terlelap itu.

Rasakanlah getaran cinta yang mengalir deras ketika mengingat betapa
banyaknya pengorbanan yang telah dilakukan orang-orang itu untuk
kebahagiaan anda.

Pengorbanan yang kadang tertutupi oleh kesalah pahaman kecil yang entah kenapa selau saja nampak besar.

Secara ajaib Tuhan mengatur agar pengorbanan itu bisa tampak lagi
melalui wajah-wajah jujur mereka saat sedang tidur.

Pengorbanan yang kadang melelahkan namun enggan mereka ungkapkan. Dan ekspresi wajah ketika tidur pun mengungkap segalanya.

Tanpa kata, tanpa suara dia berkata... "betapa lelahnya aku hari ini".
Dan penyebab lelah itu? Untuk siapa dia berlelah-lelah? Tak lain adalah kita.

Suami yang bekerja keras mencari nafkah, istri yang bekerja keras mengurus dan mendidik anak, juga rumah. Kakak, adik, anak, dan sahabat yang telah melewatkan hari-hari suka dan duka bersama kita.

Resapilah kenangan-kenangan manis dan pahit yang pernah terjadi dengan menatap wajah-wajah mereka. Rasakanlah betapa kebahagiaan dan keharuan seketika membuncah jika mengingat itu semua.

Bayangkanlah apa yang akan terjadi jika esok hari mereka "orang-orang terkasih itu" tak lagi membuka matanya, selamanya ...

Tips Membangunkan Raksasa Tidur dalam diri kita

Sebagai manusia kita semua mempunyai satu persamaan, yaitu sama-sama memiliki impian. Kita semua tahu bahwa di dalam diri kita semua mempunyai karunia istimewa, yang dengan kelebihan kita masing-masing kita bisa membuat perbedaan besar, kita bisa menyentuh sesama manusia dengan cara yang istimewa, dan kita bisa menjadikan dunia ini menjadi lebih baik untuk kita tinggali.

Tetapi sering kali dalam kehidupan kita, impian-impian itu selalu diwarnai dengan rasa frustasi dan stress oleh kesibukkan rutinitas sehari-hari. Hal ini membuat kebanyakan orang tidak lagi berupaya untuk meraih segala impiannya.

Bahkan banyak orang yang kehilangan kepastian (the loser) yang menciptakan keunggulan sang pemenang (the winner).
Kita sering melihat perjalanan hidup seseorang, ada yang memulai kehidupannya dengan sangat miskin lalu dia bisa meningkatkan taraf kehidupannya hanya dalam jangka waktu 6 bulan! Ada juga yang sanggup menurunkan berat badannya sampai 50 kilogram hanya dalam jangka waktu 6 bulan! Otomatis, timbul pertanyaan dalam diri kita, bagaimana itu semua dapat terwujud?

Jawabannya sangat sederhana sekali. Mereka telah belajar untuk mengerahkan prinsip yang disebut: konsentrasi kuasa. Kebanyakan orang-orang tidak sadar akan kapasitas raksasa yang ada dalam diri mereka yang dapat langsung dikendalikan ketika kita memfokuskan segala sumber daya kita untuk menguasai satu bidang tunggal dalam kehidupan kita.

Ketika kita fokus dalam peningkatan di bidang apapun secara konsisten, kita mengembangkan strategi yang unik tentang bagaimana caranya menjadikan hal itu menjadi lebih baik. Alasan banyak orang tidak berhasil adalah karena mereka tidak pernah benar-benar mengarahkan fokus dan mengkonsentrasikan kuasa.

Bahkan secara ekstrimnya mereka hanya senang mencoba-coba saja, tidak pernah memutuskan untuk menguasai sesuatu secara khusus. Bahkan mereka hanya memfokuskan diri pada hal-hal sepele. Apakah yang membentuk perilaku manusia? Jawaban terhadap pertanyaan inilah yang memberikan kunci-kunci penting untuk membentuk takdir Anda sendiri.

Satu fokus tunggal yang harus kita buat di dalam diri adalah: Apakah yang membedakan kualitas kehidupan seseorang? Apakah yang membuat kehidupan seseorang menjadi teladan bagi yang lain sedangkan kehidupan orang lain sangat memprihatinkan?

Ada satu obsesi yang baik yang harus ditanamkan dalam diri kita masing-masing. Dan obsesi itu bisa kita mulai dengan beberapa contoh pertanyaan sederhana :

Bagaimanakah aku langsung bisa mengendalikan kehidupanku?
Apakah yang harus aku lakukan hari ini yang bisa mengendalikan perbedaan?
Apakah yang bisa membantuku dan orang lain membentuk takdir kami sendiri?
Bagaimanakah aku bisa berkembang, belajar, bertumbuh, dan membagi pengetahuan kepada orang lain, dengan cara yang berarti dan menyenangkan?

Pada usia dini kita harus mengembangkan keyakinan bahwa kita semua berada di bumi untuk memberi kontribusi sesuatu yang unik. Kita yakin bahwa di dalam diri kita masing-masing ada suatu karunia istimewa dari sang Pencipta. Kita masing-masing mempunyai talenta, karunia, kegeniusan kita sendiri yang menunggu untuk digali.

Mari kita sama-sama mempelajari diri kita masing-masing. Mungkin kita mempunyai talenta musik atau kesenian. Mungkin cara istimewa berhubungan dengan orang lain. Mungkin juga kegeniusan kita dalam menjual atau berinovasi atau menjangkau dalam bisnis dan karier kita.

“Allah menciptakan manusia dengan adil dan tanpa pilih kasih,
menciptakan manusia berbeda-beda,
tetapi mempunyai kesempatan yang sama
untuk memiliki kehidupan yang sebaik-baiknya”
-Anthony robbins

Saya tahu bahwa di manapun Anda berada, siapapun Anda, Anda menginginkan lebih! Bagaimanapun prestasi Anda, seberapa pentingnya Anda sekarang ini, ada keyakinan dalam diri Anda bahwa Anda bisa lebih baik dari sebelumnya, dan akan jauh lebih baik lagi Anda di masa depan daripada sekarang.

Yang terpenting, bukan hanya Anda meyakininya, tetapi Anda sudah mengambil keputusan dan tindakan. Bukan hanya Anda sekedar membuka situs ini, tetapi anda juga membacanya! Statistik menyatakan bahwa kurang dari10% membuka buku, hanya membaca tidak lebih dari bab pertamanya saja. Tapi jelas bahwa Anda bukanlah orang yang bertipe itu, yang menipu diri sendiri dan hanya mencoba-coba saja.

Saya tantang Anda! Anda tidak saja untuk melakukan apa pun yang diperlukan untuk membaca situs ini (seperti orang yang menyerah atau the loser). tetapi juga untuk menggunakan apa yang Anda pelajari dengan cara sederhana setiap harinya. Inilah langkah maha penting yang diperlukan untuk menghasilkan apa saja yang menjadi komitmen Anda.

Ya Allah, Kenalkan Aku dengan Diriku

Di antara ciri-ciri kebahagiaan dan kemenangan seorang hamba adalah: Bila ilmu pengetahuannya bertambah, bertambah pula kerendahan hati dan kasih sayangnya. Setiap bertambah amal-amal shalih yang dilakukannya, bertambah pula rasa takut dan kehati-hatiannya dalam menjalankan perintah Allah. Semakin bertambah usianya, semakin berkuranglah ambisi-ambisi keduniaannya. Ketika bertambah hartanya, bertambahpula kedermawanan dan pemberiannya pada sesama. Jika bertambah tinggi kemampuan dna kedudukannya, bertambahlah kedekatannya pada manusia dan semakin rendah hati pada mereka.

Sebaliknya, ciri-ciri kecelakaan seseorang adalah: Jika bertambah ilmu pengetahuannya, bertambah kesombongannya. Setiap bertambah amalnya, bertambah kebanggaannya pada diri sendiri dan penghinaannya pada orang lain. Bila semakin bertambah kemampuan dan kedudukannya semakin bertambah pula kesombongannya. (Ibnul Qayyim, Al Fawaid)

Saudaraku,
Suasana apa yang terekam dalam jiwa kita saat membaca kalimat-kalimat di atas? Bilakah kita berada dalam daftar orang-orang yang berbahagia dan menang? Atau, celaka? Smoga Allah swt membimbing hati dan langkah kita untuk tetap memiliki karakter orang-orang yang berbahagia dan menang. Semoga Allah menjauhkan hati dan langkah kita dari karakter orang-orang yang terpedaya oleh ilmu, amal dan kemampuannya. Amiin.

Saudaraku,
Di antara manfaat lain yang bisa kita petik dari petuah Ibnul Qayyim itu adalah, kedalaman ilmunya tentang lintasan dan perasaan-perasaan jiwa. Ibnul Qayyim yang banyak berguru pada Imam Ibnu Taimiyyah itu, berhasil mengenali karakter jiwa kemanusiaannya, sampai ia pun kemudian banyak mengeluarkan nasihat-nasihat yangmaknanya sangat dalam dan menyentuh tentang jiwa.

Saudaraku,
Mengenali diri memang penting. “Man arafa nafsahu, arofa Rabbahu,” orang yang mengenal dirinya, akan mengenal Tuhannya. Begitu kata Ali radhiallahu anhu. Rasulullah saw juda mengajakrkan kita untuk lebih banyak bercermin dan mengevaluasi diri sendiri, ketimbang bercermin dan mengevaluasi orang lain. Orang yang sibuk oleh aib dan kekurangannya, kata Rasulullah lebih beruntung, ketimbang orang yang sibuk dengan kekurangan orang lain.

Dan memang, manfaat menjalani nasihat Rasulullah ini adalah seperti dikatakan oleh Ibnul Qayyim, “Barangsiapa yang mengnal dirinya, ia akan sibuk untuk memperbaiki diri daripada sibuk mencari-cari aib dan kesalahan orang lain.”

Saudaraku, genggam erat-erat tali keimanan kita, Kenalilah diri. Pahami kebiasaannya. Rasakan setiap getarannya. Lalu berhati-hati dan kontrollah kemauan dan kecenderungannya. Waspadai kekurangannya dan manfaatkan kelebihannya. Berdoalah pada Allah agar Ia menyingkapkan ilmu-Nya tentang diri kita. Sebagaimana senandung do’a yang dilantunkan Yusuf bin Asbath, murid Sofyan Ats Tsauri, “Allahumma arrifnii nafsii….” Ya Allah kenalkanlah aku dengan diriku sendiri….


Dipetik dari rubrik Ruhaniyat, Majalah Islam Tarbawi, edisi 20 th.2

Belajar Dari Al Banna

Belajar dari pengalaman orang lain adalah sesuatu yang diperintahkan Allah swt. Terlebih lagi belajar dari pengalaman berda'wah.

Ada satu ayat dalam surat Al An'am yang berisi perintah agar Rasulullah saw belajar dari pengalaman para nabi sebelumnya. Istilah Al Qur'annya: fabihudahumuqtadih (dengan petunjuk mereka, maka berqudwahlah). (QS Al An'am [6]: 90). Hal ini setelah Allah swt menyebutkan banyak sekali nama-nama para nabi dan rasul (mulai ayat 84, bahkan sebelumnya, saat bercerita tentang nabi Ibrahim as).

Al Qur'an juga menceritakan para da'i lain selain para nabi dan rasul. Ada cerita Luqman Al Hakim, ada cerita raja Dzul Qarnain, dan sebagainya. Bahkan juga ada cerita tentang rojulun (seorang lelaki), siapa namanya? Tidak disebutkan Allah swt, apa posisinya? Juga tidak dijelaskan. Hal ini semakin memperkuat kepada kita urgensi belajar dari pengalaman orang lain dalam berda'wah.

Di awal abad dua puluh yang lalu, di negeri Mesir, muncul seorang da'i yang sangat terkenal sampai sekarang ini, termasuk di Indonesia. Terlebih lagi setelah terbitnya buku Memoar sang da'i ini. Dia bernama Hasan. Marganya bernama AL BANNA, yang berarti sang pembangun. Karenanya dia terkenal dengan panggilan Hasan AL BANNA, sebuah nama yang sangat indah, yang tentunya bukan sebuah kebetulan, karena aqidah Islam melarang kita untuk mempercayai kebetulan.

Kenapa kita layak belajar dari pengalaman Hasan Al Banna? Berikut ini adalah saduran dari kata pengantar Syekh Abul Hasan An-Nadawi rahimahullah terhadap buku Memoar Hasan Al Banna.

1. Hasan Al Banna adalah seorang figur da'i yang mendapatkan taufiq dari Allah swt, dan pemimpin ishlah (reformasi ummat) yang mujahid, genius, cerdas, berbakat, dan murabbi sekaligus. "… keberadaan mereka-mereka yang mushlih (melakukan ishlah), mujahid, 'abqari (jenius), nubugh (cerdas), mauhub (berbakat), muayyad (mendapatkan dukungan dari Allah), dan murabbi (pendidik), serta para pemimpin ishlah yang muncul dan tampil dalam situasi dan kondisi yang tidak mendukung, iklim yang tidak pas, bahkan zaman kegelapan yang sangat pekat, ditengah-tengah lingkungan yang membunuh dan mematikan, di tengah-tengah masyarakat yang terkena kelumpuhan berpikir, ruhani yang kosong, 'athifah (empati+simpati+emosi) yang dingin, kemauan yang lemah, tekad yang lentur, semangat yang rapuh, badan yang loyo, kehidupan yang labil, akhlaq yang rusak, cenderung enak-enakan, tunduk kepada kekuatan dan keterputus-asaan untuk melakukan perbaikan". (hal: 4 mudzakkirat da'wah wad-da'iyah).

2. Hasan Al Banna adalah figur seorang da'i yang memiliki banyak keistimewaan. "… siapa saja yang mengenal hal ini dari dekat, bukan dari kitab, dan hidup nempel dengannya, maka dia akan mengetahui kelebihan figur yang muncul ke alam nyata ini, dan mengejutkan Mesir, lalu dunia Arab, lalu dunia Islam seluruhnya dengan da'wahnya, tarbiyahnya, jihadnya, kekuatannya yang tiada duanya, yang mana Allah swt telah menghimpunkan dalam kekuatan ini berbagai bakat, dan potensi yang sekilas tampak kontradiksi di mata para psikolog dan ahli etika, dan juga di mata para sejarawan dan kritikus, yaitu:

a.Akal yang besar nan cemerlang.
b.Pemahaman yang bersinar dan luas.
c.'Athifah yang kuat nan menggelora.
d.Hati yang membawa berkah nan melimpah.
e.Ruhani yang segar nan bersinar.
f.Lisan yang fasih dan membawa kesan mendalam.
g.Zuhud dan qana'ah dalam kehidupan pribadi.
h.Penuh semangat dan bercita-cita jauh ke depan (visioner), yang tidak kenal lesu dalam rangka mempublikasikan da'wah dan prinsip.
i.Jiwa yang cinta maju dan ambisius dalam kebaikan.
j.Himmah (semangat) yang tinggi dan meletup-letup.
k.Pandangan yang tajam dan jauh.
l.Tidak mengenal tawar menawar dan ghirah terhadap da'wah dan
m.Tawadhu' dalam hal-hal yang khusus dengan dirinya". (lihat hal: 7 dari mudzakkirat da'wah wad-da'iyah).

3. Hasan Al Banna adalah seorang figur da'i yang –sesuai dengan istilah dia sendiri- 'asyat bihi wa 'asya biha (da'wah itu hidup karena dia dan dia tidak bisa hidup tanpa da'wah). "kejeniusan sang da'i ini tampak jelas dalam dua hal yang sangat khas, yang tidak banyak dimiliki oleh para da'i, murabbi, pemimpin dan reformer yang lain kecuali sangat langka, yaitu:

a.Kecintaannya kepada da'wah, qana'ah (kepuasan)-nya, mati-matiannya dan habis-habisannya untuk da'wah dengan segala bakat, potensi dan tulisan-tulisan yang dimilikinya, inilah syarat asasi dan karakter utama para da'i dan pemimpin yang melalui tangannya Allah swt mengalirkan banyak kebaikan.

b.Pengaruhnya yang mendalam dalam jiwa para sahabatnya dan murid-muridnya serta keberhasilannya yang sangat memukau dalam tarbiyah dan memproduk, dia benar-benar adalah seorang pembangun generasi, murabbi rakyat dan pemilik madrasah ilmiyah fikriyah khuluqiyyah. Hal ini telah mempengaruhi kecenderungan semua orang yang kontak dengannya, baik dari kalangan pelajar atau aktifis, dalam cita rasa mereka, metodologi berfikir mereka, gaya penjelasan mereka, bahasa mereka dan pidato-pidato mereka. Pengaruh ini masih tetap ada meskipun berbagai peristiwa dan tahun telah berlalu, dan terus menerus menjadi lambang dan ciri yang bisa dijadikan sebagai alat pengenal mereka, di manapun dan kapanpun mereka berada". (hal: 7-8 mudzakkirat da'wah wad-da'iyah).

4.Hasan Al Banna adalah seorang figur da'i yang mempunyai sumber-sumber kekuatan dan kebesaran diri yang sangat unik. "dalam bukunya ini (memoar) seorang pembaca akan menemukan sumber-sumber kekuatan dan keagungan dirinya serta sebab-sebab keberhasilan dan daya tariknya, yaitu:

a.Salamatul fitrah (fitrah yang selamat).
b.Shafa-un-nafs (jiwa yang bening).
c.Isyraqur-ruh (ruhani yang bersinar).
d.Al ghiratu 'alad-diin (ghhirah terhadap agama).
e.At-taharruq lil Islam (terasa terbakar dirinya demi membela Islam).
f.At-tawajju' min istisyra-il fasad (merasa sakit melihat merajalelanya kerusakan).
g.Al ittishal al watsiq billah (menjalin hubungan yang kuat dengan Allah swt).
h.Al hirshu 'alal ibadah wa shahnu baththariyatul qalbi bidz-dzikri wad-du'a-i wal istighfari wal khulwati bil as-har (semangat beribadah dan mengeces baterei hatinya dengan dzikir, berdo'a, beristighfar dan menyendiri untuk beribadah di sepertiga malam terkahir).
i.Al ittishal al mubasyir bisy-sya'b wa 'ammatin-naas fi wamadhi'i ijtima'ihim wamarakizi syughlihim wa hiwayatihim (kontak langsung dengan masyarakat dan umumnya manusia di tempat berkumpul mereka, pusat-pusat kesibukan mereka dan tempat-tempat kesenangan mereka).
j.At-tadarruj wa muro'atul hikmah fid-da'wah wat-tarbiyyah (bertahap dan memperhatikan hikmah dalam da'wah dan tarbiyah).
k.An-nasyath ad-da'im wal 'amal ad-da-ib (aktifitas yang kontinyu dan kerja yang terus menerus)". (hal: 8 – 9).

Marilah kita tempa diri kita dengan terus mendekatkan diri kita kepada Allah, dengan banyak belajar dan berlatih, agar sedikit banyak kita bisa memiliki sifat-sifat ini, amiiien.

6 Persimpangan

Abu Bakar r.a. berkata, :

Sesungguhnya iblis berdiri di depanmu, jiwa di sebelah kananmu, nafsu di sebelah kirimu, dunia di sebelah belakangmu dan semua anggota tubuhmu berada di sekitar tubuhmu. Sedangkan Allah di atasmu.

Sementara iblis terkutuk mengajakmu meninggalkan agama, jiwa mengajakmu ke arah maksiat, nafsu mengajakmu memenuhi syahwat, dunia mengajakmu supaya memilihnya dari akhirat dan anggota tubuh menagajakmu melakukan dosa. Dan Tuhan mengajakmu masuk Syurga serta mendapat keampunan-Nya, sebagaimana firmannya yang bermaksud, "....Dan Allah mengajak ke Syurga serta menuju keampunan-Nya..."

Siapa yang memenuhi ajakan iblis, maka hilang agama dari dirinya.

Sesiapa yang memenuhi ajakan jiwa, maka hilang darinya nilai nyawanya.

Sesiapa yang memenuhi ajakan nafsunya, maka hilanglah akal dari dirinya.

Siapa yang memenuhi ajakan dunia, maka hilang akhirat dari dirinya.

Dan siapa yang memenuhi ajakan anggota tubuhnya, maka hilang syurga dari dirinya.

Dan siapa yang memenuhi ajakan Allah S.W.T., maka hilang dari dirinya semua kejahatan dan ia memperolehi semua kebaikan.


Iblis adalah musuh manusia, sementara manusia adalah sasaran iblis. Oleh itu, manusia hendaklah sentiasa berwaspada sebab iblis sentiasa melihat tepat pada sasarannya.

BEM FKM UNDIP